Archives

gravatar

Pengertian Microphone dan Loudspeaker


Transducer adalah suatu media yang mempunyai fungsi untuk merubah suatu besaran. Peranan transducer pada penguat audio sangat dominan. Dengan pertimbangan bahwa penguat audio adalah penguat suara. Sehingga harus mampu menguatkan berbagai macam dan jenis sumber suara. Penempatan transducer input dan output secara tepat akan menghasilkan kwalitas suara.

A. Konversi Besaran Pada Microphone.

1.     Pengertian.
Microphone adalah transducer. Dimana transducer tersebut berfungsi  untuk merubah suatu besaran menjadi besaran lain. Besaran yang dirubah oleh microphone tekanan gerakan dengan satuan milibar menjadi voltage/hertz. Sebagai gambaran dari microphone dijabarkan menjadi berikut antara lain adalah

2.     Kontruksi Microphone Dynamik
Kontruksi dari microphone adalah terdiri dari : Body (chassing), kumparan, membran, Konus, magnit permanen, kabel trasmisi, baterry, saklar, socket, Filter mekanik, skrup (mur-baut).


Gambar 1.1  Microphone Dengan Nama Bagian

Microphone terbagi menjadi dua menurut sifatnya yaitu :

a.      Microphone Dinamic adalah suatu transducer dimana penghasil signal listrik, akibat perubahan garis gaya magnit. Garis gaya magnit berubah rubah karena tekanan yang berubah-rubah pada membran. Membran bergerak karena perubahan getaran udara yang mengenai

Pada gambar 1.1 memperlihatkan nama bagian-bagian microphone dilihat dari luar. Sedangkan kontruksi microphone dimana mampu merubah tekanan getaran menjadi signal adalah sebagai berikut :


Gambar 1.2  Kontruksi Mikrophone Kumparan Dan Membran.

            Pada gambar 1.2 diperlihatkan kontruksi dari microphone. Dan perlu diingat bahwa signal listrik dapat dibangun bila ada pemotongan garis gaya magnit. Proses pemotonga garis gaya adalah sebagai berikut :

a.  Membran mendapat getaran udara sehingga mampu menggerakan koker kumparan bergerak naik turun.
b.   Membran mampu bergerak naik turun karena terlapisi oleh konus yang sifatnya elatis dan terletak dipinggir membran.
c.  Koker kumparan mengelilingi magnit permanent, koker bergerak karena membran bergerak. Bergeraknya membran akibat getaran udara yang bervariatif membentur membran.
d.  Koker dengan kumparan mengelilingi magnit permanet. Dengan demikian kumparan tersebut terinduksi oleh perubahan gerakan membran.
e.      Induksi pada kumparan akan bervariatif dan induksi inilah yang menghasilkan gelombng elektromagnetik  pada kumparan tersebut.kin.
f.   Nilai impendansi microphone adalah besar. Yaitu dengan nilai diatas 600 ohm. Untuk mendapatkan nilai sebesar itu. Maka kumparan yang digunakan kawat dengan diameter sekecil mung
g.     Terminal adalah berfungsi untuk menghantarkan signal elektromagnetik ke penguat dan memproses signal tersebut.
h.  Body berfungsi menempatkan semua system microphone dynamik dalam satu tempat sehingga dapat ditempatkan pada posisi microphone secara keseluruhan.
i.       Pada gambar 1.1 adalah pada ujung ditempatkan system kerja microphone dynamik yang diperlihatkan pada gambar 1.2.

b. Microphone Condensor.

Microphone Condensor adalah suatu transducer dimana mampu menghasilkan signal listrik. Signal listrik yang dihasilkan adalah karena perubahan nilai kapasitansi pada microphone tersebut. Microphone condensar disupply dengan batu battery sebesar 1,5 volt atau lebih tergantung dari kontruksinya.

.
Gambar 1.3  Kontruksi Microphone Condensor

            Dilihat pada gambar 1.3  memperlihatkan kontruksi internl. Dari gambar  tersebut untuk nilai kapasitansi adalah :

Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs.  Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumus dapat di tulis sebagai berikut :

C = (8.85 x 10) (k A/t)

            Berdasarkan uraian tersebut diatas serta gambar 1.6. Maka untuk menghasilkan signal listrik dari sebuah microphone condensor. Signal listrik yang dihasil oleh microphone condensor. Adalah dengan mensupply tegangan 1,5 volt tersambung secara seri.



Gambar 1.4 Rangkaian Instalansi Internal Microphone Condensor

Cara kerja microphone Condensor adalah sebagai berikut :
a.      Saat saklar dionkan maka aliran supply tegangan mengalir. Dari polaritas positip battery menuju negatif. Pada gambar 1.4 terdapat pada terminal 2 socket Canon.
b.     Kemudian sumber signal yang merambat melalui udara bergerak mengenai membran (gambar 1.3). Maka terjadi aktifitas dielektrikum berubah serta jarak kedua keping elektrodanya juga berubah.
c.      Perubahan nilai dielektrikum atau jarak kedua elektroda tersebut menyebabkan perubahan nilai kapasitansi.
d.     Saat terjadi perubahan nilai kapasitansi, maka saat itu juga terjadi pengosongan muatan pada elektroda tersebut.
e.      Dengan melepas muatan maka terjadi lonjakan tegangan. Lonjakan tersebut mengakibatkan surplus tegangan diatas rata-rata terjadi hanya sesaat.
f.      Saat pengosongan habis, maka proses selanjutnya adalah pengisian muatan elektroda kapasitansi tersebut. Sehingga terjadi perubahan ,evel tegangan dibawah rata-rata sampai muatan penuh.
g.     Sebelum pengisian sampai titik penuh, pada membran terjadi desakan getaran suara maka elektroda akan membuang muatan dan terjadi proses yang berulang-ulang tersebut diatas.

3.     Penguat Mikropon dan Pencampur.


www. skema-rangkaian-elektronika.blogspot.com
Gambar 1.5 Pencampur Input 3 Kanal.

            Pada dasarnya penguat mic subtansi dari penguat pre-amp. Fungsi dan peranan pre-amp sebagai pengut awal. Sehingga semua besaran yang telah diproses oleh transducer input. Diumpan ke penguat pre-amp sebagai penguat tegangan awal. Serta beradaptasi impendansi dikedua belah pihak. Yaitu tansducer input dengan penguat didepannya.
            Pada gambar 1.5 adalah penguat microphone sebanyak 4 kanal. Keempat kanal tersebut  terdiri dari 2 microphone 2 line masing-masing L dan R. Kedua line ini dimana inputnya menggunakan RCA dan Jack Akai. Dikedua terminal tersambung paralel tetapi kanal L dan kanal R masing-masing digunakan sebuah penguat. Kemudian keempat kanal tersebut masing-masing terpasang attenuator yang berfungsi sebagai pengatur hasil penguatan. Untuk kedua penguat microphone digunakan Op-amp dengan system non inverting. Sehingga pengaturan feedback (umpan balik) serta intensitas kepekaan terkomposisi menjadi satu. System penguatan ini mempunya phasa yang sama dengan input. Hasil penguatannya ditentukan oleh nilai komponen umpan balik.


B. LOUD SPEAKER

1.     Kontruksi Kotak Speaker.

Bentuk kotak speaker dirancang untuk menghasilkan nada suara yang diharapkan. Hal ini dengan pertimbangan bahwa nada rendah yang dihasilkan sekitar 100 hertz. Sehingga kedalam nada bass (deep) tidak memberikan hantaman yang bulat dan dalam. Salah salah satu alternatif perencanaan embuatan kotak speaker adalah sebagai berikut :

A. Sealed Box.

Gambar 1.6 Kontruksi Box Sealed
Bentuk sealed menggunakan kalkulasi volume untuk membantu mengurangi dan mengontrol perubahan. Biasanya model ini memiliki ruang box yang tidak berlubang. Bentuk box sealed dipercaya mampu memberikan gebukan bass yang halus dan responnya tepat. Nah buat pecinta audio kosmetik biasanya menggunakan jenis box ini berikut dengan instalasi subwoofer reverse (terbalik). Kelebihan : Box kecil, mampu mengeluarkan tenaga yang besar, respon tepat, mudah dibuat, dapat menghindari kesalahan dalam pembuatan. Kekurangan : Efisiensi terbatas.
B. Vented (ported)
Gambar 1.7 Kontruksi Box Vented
Bentuk model box seperti ini menggunakan lubang atau port, lubang ini berperan untuk menambah output frequency rendah, udara di dalam box dikeluarkan seperti piston atau motor, tahap perpindahan udara itu dapat memperbesar frequency subwoofer.  Model box ini umum digunakan pada sistem SQ atau SPL. Kelebihan : Mampu menambah efisiensi, menopang output frequency rendah, distorsi kecil. Kekurangan : Ukurannya besar, tidak ada control tuning frequency, pembuatan box agak susah.
C. Isobaric

Gambar 1.8 Kontruksi Box Isobaric
Model menggunakan dua subwoofer dengan menempel face to face, dengan satu system cable yang berlawanan. Secara garis besar isobaric terdiri dari 2 subwoofer, 2 amplifier dari setengah ukuran box. Kelebihan : Ukurannya sangat kecil, distorsi rendah. Kekurangan : Efisiensi sangat kecil, ukurannya kecil untuk ukuran yang dianjurkan buat dua subwoofer.
D. Aperiodic
Gambar 1.9 Kontruksi Box Aperiodic

Model ini menggunakan selaput luar untuk memperkecil subwoofer dan meratakan impedansi yang keluar. Kelebihan : Sebenarnya tidak ada ukuran, responnya sangat tipis.

Kekurangan : Efisiensi rendah, biasanya memerlukan subwoofer yang besar. Pembuatannya susah dan perlu tuning yang tepat
E. Reflex bandpass

Gambar 1.10 Kontruksi Box Reflex Bandpass
Bentuk sealed yang dipasang menjadi bentuk port untuk mendapatkan penyaring lowpass. Ini untuk menambah efiesiensi sampai bandpass atau digunakan frequency dari modelnya.  Bentuk ini terdiri dari single reflex bandpass dan dual reflex bandpass. Kedua box ini membutuhkan  tuning yang tidak sama.



Kelebihan : Sangat efisien untuk bandpass, dapat dibuat untuk menambah frequency, menambah tenaga yang dihasilkan . Tepat untuk tenaga power yang rendah.
Kekurangan : Distorsi tinggi, subwoofer gampang rusak, ukurannya relatif besar serta pembuatannya sangat sulit.
F. Labyrinth
Bentuk dari transmission line (jenis box yang didalamnya terdapat sekat untuk memberikan output yang besar), bentuk ini menggunakan port, di dalam box terdapat sekat.

Gambar 1.11 Kontruksi Box Labyrinth

Kelebihan : Dapat menghasilkan output yang maksimal pada frequency tertentu

Kekurangan : Sulit dalam pembuatannya, ukurannya besar tidak praktis.
Bentuk box adalah dirancang sesuai dengan  perencahaan  sesuai pertimbangan.     Transducer Output
2.     Kontruksi Mekanik Speaker.

Gambar 1.12 Kontruksi Tranduscer Output Audio

Kontruksi transduscer output system audio dikenal dengan sebutan loudspeaker. Fungsi utama adalah merubah signal listrik menjadi getaran suara. Dimana system kerjanya adalah sebagai berikut :

a)     Saat signal listrik mengalir pada kumparan maka akan terjadi EMF ( Energy Moving Force) Pada Kumparan tersebut.
b)     Karena kumparan intinya adalah magnit permanen sehingga terjadi reaksi  tarik-menarik berlainan kutub ataupun tolak menolak bila kutubnya senama.
c)     Reaksi ini menimbulkan gerakan koker maju dan mundur atau kedepan maupun kebelakang, dimana koker tersebut tersambung dengan membran.
d)     Gerakan membran yang seirama dengan amplitudo dan frekuensi maka mampu menimbulkan suara dan dapat didengar oleh telinga manusia.
e)     Ukuran diameter, kekuatan daya serta kontruksi kotak mempengaruhi kwalitas nada yang dihasilkan oleh pendengaran yang normal.
f)      Disamping itu penempatan juga mempengaruhi dari kwalitas  nada irama yang dihasilkan (indoor atau outdoor)

3. Cara  Pengamatan Pada Microphone.

Tujuan setelah menyelesikan pekerjan ini mampu melakukan pengamatan pengukuran konversi signal listrik pada microphone.


Gambar 1.13 Pengamatan Konversi Getaran Suara Menjadi Listrik.

            Pada gambar 1.13 memperlihatkan pengamatan proses konversi microphone. Dimana merubah getaran suara yang berasal dari sumber bunyi untuk dijdikan signal listrik. Merambatnya getaran suara melalui transmisi udara mengenai membran microphone. Kontruksi membran seporos dengan koker kumparan. Dimana koker kumparan tersebut mengelilingi magnit permanen. Sehingga saat terjadi gerakan membran kumparan akan memutus fluk magnit permanen. Fluk magnit terputus-putus akibat gerakan membran menyebabkan kumparan tersebut terinduksi. Perubahan besar kecilnya induksi pada kumparan tersebut terlihat gelombang pada osciloscope. Karena koker dan kumparn seporos dengan membran maka impendansinya  dirancang sebesar mungkin. Impendansi yang besar maka kawatnya sekecil mungkin. Disamping itu gerakan membran untuk mendapatkan sensitiitas dirancang dengan kelenturan. Untuk mendapatkan maka bagian pinggir membran terpasang konus yang lunak.

 4. Cara Pengamatan Dan Pengukuran Konversi Signal Listrik Pada Speaker



Gambar 1.14 Pengamatan Pengukuran Konversi Signal Pada Speaker

            Gambar 1.14 memperlihatkan metoda pengamatan konversi signal listrik pada speaker. Dengan menggunakan sebuah amplifier dengan inputan microphone. Sedangkan output dari amplifier terpasang beban speaker. Dan osciloscope sebagai alat ukur terpasang pada input dan output. Kemudian sumber suara merambat melalui udara mengenai membran microphone. 


Sumber :Dok Pribadi, Rangkuman Materi Pengertian Sinyal Audio (Bp Taufiq Afandi)

...lanjutkan baca...
gravatar

Pengertian Gelombang dan Jenis-jenis Gelombang



A.  PENGERTIAN GELOMBANG

Pada gambar tersebut terlihat ada beberapa bagian dari suatu sinyal audio yaitu : Amplitudo, Frekuensi, Periode. Besaran-besarn ini akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan di bawah.

Gambar 1.1. Gelombang audio yang diukur dengan alat Osiloskop

1.     Amplitudo.
Pada gambar 1.1, bagian B merupakan puncak teratas dan bagian D merupakan cekungan terbawah. Besarnya puncak ke cekungan disebut juga  puncak ke puncak (peak to peak). Bila kedua puncak tersebut diakumulasi tingginya dalam nilai mutlak, maka disebut amplitudo. Dalam sinyal audio, Amplitudo indentik dengan tegangan puncak ke puncak (Vp-p). Satuan dari amplitudo adalah volt. Amplitudo juga dapat diartikan lemah-lembut atau keras-kecilnya suara.

2.     Perioda
Periode merupakan lamanya waktu dari gelombang membentuk satu siklus. Pada gambar 1.1. di atas terdapat dua buah siklus gelombang.. Waktu satu siklus gelombang atau disebut periode dinyakan dalam satuan detik (second).

3.     Frekuensi.

                                     
Gambar 1.2.  Amplitudo dan Frekuensi gelombang 


Berdasarkan waktu untuk membangun satu perioda positip dan satu perioda negatip atau untuk membetuk satu periode gelombang maka dapat dicari atau diketahui banyaknya gelombang atau siklus gelombang yang terbentuk dalam satu detik. Banyaknya siklus gelombang dalam satu detik disebut frekuensi (frequency).  Frekuensi juga dapat diartikan getaran suara atau warna suara. Besaran frekuensi dinyatakan dalam satuan Hertz. Satuan ini diambil dari nama penemu rumusnya. Perhitungan frekuensi dapat dilakukan dengan rumus
Besaran frekuensi yang mampu didengar oleh telinga manusia adalah sebesar 20 Hz s/d 20 Khz. Artinya bahwa dalam satu detik mampu menghasilkan 20 s/d 20000 gelombang. Gelombang audio bisa didengar oleh telinga manusia karena ada rambatan udara sebagai media rambatan.

4.     Kecepatan Rambat Gelombang

Kecepatan rambat gelombang suara di udara dipengaruhi oleh cuaca atau suhu. Sifat perambatan gelombang suara di udara adalah gelombang surut, artinya bahwa gelombang tersebut makin lama makin habis energinya atau dalam hal ini amplitudonya makin mengecil.
Berdasarkan penelitian, kecepatan rambat gelombang suara adalah 340 meter/detik yang diukur pada dengan kekuatan amplitudo sebesar 20 dB (deciBell), serta noise environment (lingkungan) sebesar 0% yaitu pada saat suasana hening. Kecepatan rambat suata ini juga dipengaruhi oleh suhu udara  dan angin.

Gambar 1.3.  Bentuk gelombang surut dan gelombang tak surut (stabil)

B. JENIS-JENIS GELOMBANG
1.     Pengertian Jenis Gelombang Secara Umum

Gelombang secara umum lebih dikenal dengan sebutan sinyal. Sinyal adalah besaran listrik yang memiliki ampitudo, periode dan frekuensi. Masing-masing bentuk gelombang ini dapat dikonversi ke bentuk gelombang yang lain dengan suatu rangkaian khusus. Gelombang atau sinyal yang sering digunakan dalam bidang audio berupa sinyal sinus.

2.     Gelombang Sinus (Sinusoida Wave)

Gelombang sinusioda merupakan gelombang dasar yang salah satunya dihasilkan dari putaran generator. Disebut gelombang sinus karena berbentuk grafik persamaan sinusoida. Sumber suara atau bunyi dari alam jika dikonversi ke sinyal listrik dan  dilihat dengan osiloskop juga berbentuk gelombang sinus.

 
Gambar 1.4.  Gelombang hasil pemrosesan penguat


Gambar 1.5.  Proses Digital to Analog Converter

3.     Gelombang Kotak ( Square Wave )

Square wave atau gelombang kotak banyak dikenal dalam sistem digital. Sinyal atau gelombang jenis ini dapat dikonversi ke bentuk sinus dengan mengguakan sistem ADC (Analog to Digital Converter).
 Sistem-sistem audio dewasa ini sudah banyak yang menerapkan pengolah digital. Sinyal aduio berupa sinyal sinus dirubah ke dalam bentuk gelombang kotak kemudian dikuantisasi kemudian dirubah ke dalam data stream atau urutan data yang selanjutnya menjadi data digital. Data tersebut selanjutnya diolah dalam pengolah digital. Keluaran pengolah digital selanjutnya dirubah lagi ke dalam bentuk sinyal sinusoida untuk dikuatkan dan digunakan untuk menggerakkan speaker.

Gambar 1.6. Proses Analog to Digital Converter

4.     Gelombang Gigi Gergaji ( Saw Tooth Wave )

Sawtooth Wave adalah gelombang gigi gergaji. Gelombang ini dapat dihasilkan dari gelombang sinusoida dengan rangkaian khusus. Pada sistem audio sinyal ini jarang digunakan. Penggunaan gelombang ini biasanya pada bagian penguat vertikal dari system penerima televisi hitam-putih maupun televisi berwarna.


Gambar 1.7.  Penguat integrator menghasilkan sinyal segitiga

5.     Pengertian Karakteristik Sinyal Audio dan Gelombang Bunyi

. Perlu disepakati bahwa istilah “sinyal” mengacu pada besaran listrik dan “tanpa kata sinyal” berarti mengacau pada besaran akustik. Sebagai contoh; sinyal suara berarti suara dalam besaran listrik atau suara yang dirubah ke dalam energi listrik. Sinyal suara berarti sinyal audio yang diproses dalam suatu penguat audio. Sedangkan suara berarti suara dalam bentuk akustik.
Pada dasarnya kita tidak dapat melihat bentuk suara secara langsung. Untuk melihat suara atau bunyi digunakan peralatan untuk melihat bentuk gelombang yaitu osiloskop yang juga disebut CRO (Cathode Ray Osciloscope) namun dengan cara dikonversi dulu ke dalam sinyal listrik.
Pengertian dari “bunyi”atau”suara adalah suatu getaran yang dapat dirasakan oleh pendengaran kita. Bunyi diakibatkan dari getaran benda padat yang menyebabkan partikel udara disekitarnya ikut bergetar dan getran ini sampai ke gendang telinga. Dari pengertian di atas maka agar sesuatu dapat didengar manusia harus ada sumber suara, media perantara dan gendang telinga.

Gelombang suara sebagai sumber bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia pada dasarnya merupakan sumber dari sinyal audio atau sinyal suara. Sumber bunyi pada dasarnya adalah sesuatu yang bergetar. Jika diamati, sumber suara sampai ke telinga namun tidak diikuti gerakan udara.
Gerakan udara sering kita sebut angin. Hembusan angin terkadang menghasilkan suara namun suara tidak menimbulkan hembusan angin. Angin adalah udara yang bergerak namun suara adalah partikel udara yang begerak. Getaran dari sumber bunyi membuat partikel udara bergetar menjadi rapat dan renggang mengikuti pola getaran sumber bunyi, sehingga sampai telinga kita dan menggetarkan gendang telinga. 

6.     Karakteristik Telinga Manusia

Karakteristik telinga manusia didasarkan pada persepsi level yang diterima akibat tekanan suara atau biasanya dikenal dengan istilah “phon”. Karakteristik telinga manusa sangat ditentukan oleh frekuensi suara dan usia. Karakteristik suara secara umum adalah peka terhadap frekuensi menengah dan kurang peka pada frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Telinga yang sangat normal mampu mendengar suara dengan frekuensi 20Hz sampai 20KHz pada tekanan suara 40dB. Namun terkadang telinga yang mampu mendengar pada frekuensi 40Hz sampai 16Hz pada level 40dB, sudah dianggap normal. Semakin bertambah usia manusia karakteristik pendengarannya semakin berubah dan kemampuan mendengarkan pada level rendah dan tinggi semakin berkurang.
Berdasar karakteristik telinga manusia pada umumnya inilah yang mendasari disain semua sistem penguat audio. Sistem penguat audio seringanya didisain dengan karakteristik yang berkebalikan dengan karakteristik telinga manusi. Hal ini bertujuan agar diperoleh persepsi level pendengaran yag sama disetiap frekuensi.

7.     Karakteristik Sinyal/ Suara Frekuensi Rendah

Di dalam sistem audio sering dilakukan pengelompokkan atau pembagian frekuensi dari rentang frekuensi dengar manusia atau frekuensi audio yakni 20 Hz-20Khz. Pengelompokkan ini di dasarkan pada  tiga daerah utama dari frekuensi dengar yaitu pada frekuensi rendah, frekuensi menengah dan frekuensi tinggi.
Sinyal suara pada bidang frekuensi rendah umumnya  ditentukan pada frekuensi 20Hz sampai 200Hz atau 300Hz. Dimana tidak ada patokan yang jelas dari sumber resmi batasan dari frekuensi rendah ini. Frekuensi ini adalah frekuensi paling sulit untuk diproduksi atau dihasilkan dalam suatu sistem audio.
Pada suatu peralatan musik, suara-suara frekuensi rendah biasanya dihasilkan dari pukulan drum, suara gong, suara guitar bass. Suara-suara ini teras “sangat dalam” menggetarkan dada. Jadi suara fekuensi rendah yang memiliki kualitas yang bagus bukan terasa di telinga tetapi terasa menggetarkan dada. Pada sistem penguat audio suara ini sangat susah dihasilkan kembali.
Frekuensi rendah memiliki panjang gelombang (λ) yang panjang. Kriteria seperti ini membuat frekuensi rendah sulit untuk dipantulkan. Frekuensi rendah dapat terdengar pada jarak yang cukup jauh, lebih jauh dari frekuensi menengah dan frekuensi tinggi.

8.     Karakteristik Sinyal/ Suara Frekuensi Menengah

Sinyal suara pada bidang frekuensi menengah umumnya  ditentukan pada frekuensi 300Hz sampai 3000Hz atau 300Hz sampai 5000Hz. (tidak ada patokan yang jelas). Frekuensi ini adalah frekuensi paling mudah untuk diproduksi atau dihasilkan dalam suatu sistem audio. Telinga manusia sangat peka terhadap frekuensi menengah.
Sumber bunyi atau suara pada umumnya menghasilkan suara pada rentang frekuensi menengah. Seperti gamelan, guitar, seruling, terompet, suaru binatang dan suara alam lainnya.
Frekuensi menengah memiliki panjang gelombang (λ) yang cukup panjang. Kriteria seperti ini membuat frekuensi menengah tidak mudah dipantulkan. Beberapa bahan seperti tembok, papan kayu masih dapat ditembus. Frekuensi menengah dapat terdengar pada jarak yang cukup jauh, lebih jauh dari frekuensi tinggi.

9.     Karakteristik Sinyal/ Suara Frekuensi Tinggi

Sinyal suara pada bidang frekuensi tinggi umumnya  ditentukan pada frekuensi 5000Hz sampai 20000Hz. Frekuensi ini adalah frekuensi dengan panjang gelombang (λ; lambda) yang paling kecil atau pendek. Kriteria seperti ini membuat frekuensi tinggi mudah dipantulkan. Telinga manusia kurang peka terhadap frekuensi tinggi.
Sumber bunyi atau suara yang menghasilkan suara pada rentang frekuensi tinggi sangat sedikit, contohnya seperti; simbal dan suara gelas jatuh. Sumber bunyi ini juga sulit untuk diubah menjadi sinyal suara dengan hasil yang baik. Tranduser pengubah suara menjadi sinyal suara tidak cukup baik memiliki karakteristik untuk frekuensi tinggi. Begitu juga proses tranduser pengubah sinyal suara menjadi suara, juga sulit untuk bekerja pada frekuensi yang relatif tinggi.




10.  Karakteristik Sinyal/ Suara Frekuensi Sangat Rendah dan Sangat Tinggi

Sinyal suara pada bidang frekuensi sangat rendah biasa disebut subsonic. Frekuensi ini pada rentang 1Hz sampai 20Hz.  Frekuensi ini adalah frekuensi yang sering menggangu sistem penguat audio. Frekuensi ini tidak dapat didengar oleh telinga manusia tetapi membutuhkan daya yang besar. Sinyal ini tidak sadar telah ikut dikuatkan dalam sistem penguat. Untuk mengurangi efek tersebut biasanya dalam sistem penguat dilengkapi dengan filter subsonic.
Sinyal suara pada bidang frekuensi sangat tinggi biasa disebut ultrasonic. Frekuensi ini pada rentang di atas 20KHz.  Frekuensi ini tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Dalam sistem audio fekuensi ini jarang ditemui, namun dalam sistem elektronika yang lain sinyal ini sering dimanfaatkan untuk keperluan penginderaan.


Sumber : Dok Pribadi, rangkuman materi Pengertian Sinyal Audio (Bp Taufiq Afandi)

...lanjutkan baca...

Pages

Label

Popular Posts